Salah satu golongan yang kerap menerima penilaian yang salah dari lingkungan adalah penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD). Gangguan ini ditandai dengan adanya masalah pada perilaku, kemampuan komunikasi, dan kemampuan interaksi sosialnya. Anak yang mengalami ASD juga tidak sensitif terhadap stimulus tertentu, dan di satu sisi sangat sensitif terhadap stimulus lain. Selain itu, anak autistik juga memiliki minat yang terbatas hanya pada topik tertentu.
Namun, anak autistik memiliki keterampilan rata-rata atau di atas rata-rata yang tidak dimiliki oleh orang lain. Diantaranya adalah pengetahuan yang dalam pada bidang tertentu, memiliki memori visual dan spasial yang baik, sangat teroganisir, sangat baik dalam memahami konsep abstrak, dan pemecahan masalah.
Anak dengan autisme memang mengalami kesulitan dalam berhubungan dan bersosialisasi dengan lingkungan. Mereka juga terkesan memiliki dunianya sendiri. Perbedaan perkembangan seperti ini, ditambah dengan gangguan lain yang anak autistik alami membuat lingkungan kerap salah paham tentang mereka.
Penyandang autisme kerap dinilai sebagai individu yang tidak bisa berkomunikasi, mencintai dan dicintai, serta tidak mampu membangun kedekatan dengan orang lain. Selain itu, orang lain juga beranggapan bahwa anak dengan autisme tidak dapat berempati dan tidak bisa merasakan emosi seperti orang lain.
Hal ini bertolak belakang dengan hal yang dialami oleh anak autistik. Berkomunikasi tidak selalu tentang berbicara. Anak yang mengalami autisme dapat berkomunikasi, namun dengan cara yang berbeda dengan anak pada umumnya. Begitu juga dengan membangun kedekatan dan merasakan emosi. Penyandang autisme dapat melakukan hal tersebut dengan cara yang berbeda dengan orang lain.
Hal yang perlu orang tua dan lingkungan lakukan adalah terus mencoba memahami tanpa menghakimi mereka. Salah satu cara agar Anda lebih memahami anak autistik adalah dengan belajar dan berdiskusi.
Berikut adalah 9 hal yang anak autistik ingin kamu pahami.
1.Anak Autistik Tetaplah Manusia Terlepas dari Kondisinya
Walaupun dia adalah autistik, autisme tidak mendefinisikan keseluruhan aspek dirinya. Mereka memiliki hal lain di dalam diri yang tidak berhubungan dengan kondisinya. Anak dengan gangguan ini juga memiliki keindahan dan kelebihan tersendiri.
Terlepas dari semua keterbatasan dan perbedaan yang dimiliki oleh anak autistik, mereka tetaplah manusia yang layak untuk dihormati dan dihargai. Mereka adalah individu yang unik dengan semua ciri khasnya, dan tidak ada yang salah dengan hal itu.
Orang tua, guru, dan lingkungan harus selalu menghargai anak penyandang autisme pada saat membantu atau berinteraksi dengan mereka. Karena, cara Anda memperlakukan anak autistik akan sangat berdampak pada pembentukan harga drinya.
Cinta dan penerimaan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar adalah cara terbaik untuk membantu anak autistik tumbuh dan berkembang. Maka, berusahalah untuk melihat mereka dari sisi lain, seperti kepribadian, kesukaan, dan bakat mereka yang bersifat unik.
Tidak ada yang salah dengan menjadi anak autistik. Mereka hanya berbeda.
2. Anak Autistik Merupakan Individu yang Berbeda
Anak dengan autisme merupakan individu yang berbeda. Selain berbeda dengan anak pada umumnya, dia juga berbeda dengan anak autistik lainnya. Anak-anak yang mengalami Autism Spectrum Disorder (ASD) memiliki kepribadian dan cara mengekspresikan diri yang berbeda-beda. Mereka juga memiliki kepekaan dan minat sendiri-sendiri. Sehingga, Anda harus melihat anak dari sudut pandangnya agar dapat memahami mereka.
Anak dengan autisme sensitif dengan suara, bau, rasa, cahaya, bahkan sentuhan. Hal-hal itu sangat menakutkan dan menyakitkan bagi mereka. Namun, mereka dapat memperhatikan hal detail dan menganggapnya sebagai sesuatu yang lucu dan menyenangkan.
Anak autistik juga berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Mereka memiliki banyak hal yang ingin diungkapkan, namun anak terkadang tidak tahu cara menggambarkan perasaannya. Hal ini membuat mereka merasa frustrasi, sedih, dan marah. Namun, orang lain melihat ini sebagai perilaku yang tidak baik. Padahal, yang anak butuhkan adalah ditenangkan dan dibimbing untuk mengatakan apa yang mereka inginkan. Anda sebaiknya mengenali dan memahami cara berinteraksi anak.
Selain itu, anak dengan autisme juga memiliki perbedaan dalam memproses hal-hal yang sering dianggap remeh oleh orang lain. Kerumunan, suara keras, dan lain-lain kerap kali menyebabkan kecemasan yang ekstrim pada anak.
Hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah terus belajar mengenai perbedaan yang dimiliki oleh anak. Dengan begitu, anak akan terbantu dan Anda akan merasa lebih lega.
3. Mereka Juga Punya Bakat dan Keterampilan
Seperti yang sudah dijelaskan, anak dengan autisme memiliki keterampilan dan pengetahuan pada bidang tertentu yang berbeda dengan orang lain. Inilah hal yang jarang dilihat oleh orang tua dan lingkungan. Mereka merupakan individu yang berbakat, filosofis, dan kreatif.
Namun, mereka memerlukan bantuan untuk menemukan bakat tersebut. Setelah itu, mereka juga perlu didampingi saat mempelajari hal tersebut sampai mereka menjadi ahli.
Orang tua dan terapis akan menghadapi banyak tantangan dalam membantu anak. Anak autistik kesulitan memahami hal-hal kompleks. Berikanlah gambaran dan berikan juga instruksi apa yang harus dilakukan agar anak lebih mudah dalam memahami.
Ini adalah perjalanan yang berat dan melelahkan. Namun, jika anak telah menemukan bakatnya, mereka akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Begitu juga dengan Anda.
4. Anak Penyandang Autisme Juga Bisa Merasa dan Bersosialisasi
Anak autistik kerap dianggap tidak bisa merasa dan mencintai karena mereka tidak senang dipeluk dan disentuh. Yang sebenarnya terjadi adalah anak autistik membutuhkan cinta dan juga bisa merasa, hanya saja dengan cara yang berbeda. Tunjukkanlah rasa cinta Anda secara verbal jika mereka tidak mau disentuh.
Perilaku sosial anak dengan autisme juga berbeda. Mereka biasanya tidak menggunakan bahasa lisan dan lebih cenderung berkomunikasi dengan bahasa tubuh, seperti mengarahkan tangan orang ke objek yang dia inginkan.
Anak yang mengalami gangguan ini juga ingin memiliki teman, sama seperti yang lain. Hanya saja mereka tidak mengetahui cara memulai percakapan. Anak perlu dibantu untuk memulai berinteraksi.
Hal yang perlu diketahui adalah mereka juga membutuhkan cinta dan kasih sayang dari Anda. Tanpa dukungan orang tua dan lingkungan, peluang anak untuk berkembang dan menjadi lebih mandiri akan kecil.
5. Ketahuilah Bahwa Mereka Sedang Berusaha
Hal selanjutnya yang anak autistik ingin Anda pahami adalah mereka sedang berusaha untuk terus berkembang. Anak juga ingin bisa melakukan hal-hal yang diharapkan oleh orang lain. Anak tidak menyulitkan Anda. Dialah yang mengalami kesulitan.
Jika orang tua terus mengeluh di depan anak mengenai perkembangannya, mereka akan merasa sedih dan tersakiti.
Yang perlu orang tua lakukan adalah memahami dan menghargai apa yang telah dilakukan oleh anak. Teruslah mencoba melihat kelebihan dan usaha anak. Hal itu akan membuat anak merasa dihargai.
6. Anak Autistik Mudah Merasa Lelah
Anak yang mengalami Autism Spectrum Disorder (ASD) cenderung lebih cepat kehabisan tenaga karena banyak berpikir, memahami, dan mengomunikasikan kebutuhannya. Orang tua perlu memahami hal ini dan memberikan anak waktu untuk istirahat.
7. Anak dengan Autisme Membutuhkan Istirahat dari Rutinitas
Anak dengan ASD sangat menyukai rutinitas. Karena, hal tersebut membuatnya merasa aman dan dapat menjalaninya dengan tenang. Namun, anak juga memerlukan istirahat dari hal-hal yang biasanya ia lakukan. Anak autistik membutuhkan waktu sendirian untuk memulihkan diri.
Sebaiknya orang tua memberikan hari libur untuk anak. Dengan memberikan anak waktu sendirian, Anda juga memiliki waktu untuk bersantai.
8. Mereka Butuh Didampingi, Bukan Dilindungi dari Tantangan
Orang tua kerap menggendong atau terlalu melindungi anak untuk mencegah mereka mengalami kesulitan. Pemikiran ini seharusnya diubah. Penting bagi anak belajar untuk menghadapi tantangan yang ada. Hal itu akan membuat dirinya berkembang dari waktu ke waktu.
Berkaitan dengan ini, anak autistik bisa belajar. Dia hanya perlu diberikan waktu untuk memahami dan mengambil pelajaran dari dunia. Kegiatan ini sangat disenangi oleh anak. Karena dengan belajar sesuatu, anak akan merasa lebih percaya diri.
Berikanlah kepercayaan Anda kepada anak. Alih-alih melakukan segalanya untuk anak, dampingilah dia dalam melakukan hal itu.
9. Mereka Ingin Anda Bahagia
Jika orang tua dan lingkungan sekitar merasa stres, anak juga akan merasakan hal yang sama. Sehingga, anak membutuhkan Anda untuk merasa nyaman dan bahagia. Perasaan bahagia yang orang tua rasakan akan menular kepada anak dan membantu dalam mempertahankan keharmonisan rumah tangga. Hal ini juga dapat membantu perkembangan anak autistik.
Penutup
Memiliki anak autistik merupakan hal yang tidak mudah. Namun, bukan berarti Anda tidak mampu. Pahamilah bahwa apapun kondisinya, anak tetaplah anak. Mereka tidak pernah memiih menjadi autistik. Hal yang perlu Ayah dan Bunda lakukan adalah menerima, mencintai, dan mendampingi mereka.
Referensi
30 Things Parents of Children on the Autism Spectrum Want You to Know. (n.d.). Retrieved from Applied Behavior Analysis: https://www.appliedbehavioranalysisprograms.com/things-parents-of-children-on-the-autism-spectrum-want-you-to-know/
Driver, H., & Reynolds, J. (2017). The things every child with autism wishes you knew. Retrieved from The Conversation: https://theconversation.com/the-things-every-child-with-autism-wishes-you-knew-75491
ICDL. (n.d.). Autism Myths & Facts. Retrieved from ICDL: https://www.icdl.com/parents/about-autism/autism-myths-facts
McKay, M. (2019). 10 Things Every Child With Autism Wants You to Know. Retrieved from Hot Doc: https://practices.hotdoc.com.au/blog/autism-tips/
Notbohm, E. (2005). Ten Things Every Child With Autism Wishes You Knew. Retrieved from Hands In Autism: https://handsinautism.iupui.edu/wp-content/uploads/tenthingschild.pdf
White Swan Foundation. (2016). Autism Spectrum Disorder. Retrieved from White Swan Foundation: https://www.whiteswanfoundation.org/disorders/neurodevelopmental-disorders/autism-spectrum-disorder
Bagikan artikel ini:
Facebook WhatsApp