Sering Dianggap Sama, Ini Perbedaan Down Syndrome dan Autisme

Autisme dan down syndrome termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau kondisi khusus baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan terhadap proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.

Walaupun sama-sama ABK, Autism Spectrum Disorder (ASD) dan down syndrome memiliki perbedaan yang sangat signifikan pada kondisi, gejala, penyebab, dan intervensi yang dibutuhkan. 

Jika terjadi kekeliruan dalam mengidentifikasi gangguan pada anak, proses perawatan anak akan terganggu. Sebaliknya, semakin kita memahami tentang ABK, khususnya kedua gangguan ini, semakin tepat dan efektif pula perawatan yang diberikan kepada mereka. Sehingga, pertumbuhan dan perkembangan ABK juga akan berjalan lebih baik.

Berikut adalah perbedaan Autism Spectrum Disorder (ASD) dan down syndrome.

1.Definisi

Definisi Autism Spectrum Disorder (ASD)

Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan otak yang kompleks yang ditandai dengan adanya hambatan dalam berinteraksi, berkomunikasi verbal dan non-verbal, serta kurangnya keterampilan sosial dan motorik. Anak dengan autisme memiliki perbedaan dengan anak lain dalam melihat, mendengar, merasakan, dan berinteraksi dengan orang lain.

Definisi Down Syndrome

Down syndrome merupakan gangguan genetik karena adanya kelebihan salinan pada kromosom ke-21. Gangguan ini menyebabkan ketidakmampuan dalam belajar; keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, berbicara, merangkak, dan berjalan; Adanya perbedaan dalam fisik, berupa tubuh pendek, mata miring ke atas, dan wajah yang khas; serta adanya gangguan ringan hingga sedang dalam penalaran, pemikiran, dan pemahaman.

Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels

2. Penyebab

Penyebab Autism Spectrum Disorder (ASD)

Sampai saat ini, para ahli masih belum sepakat tentang penyebab utama dari autisme. Gangguan ini sebagian besar disebabkan oleh kelainan tertentu di otak. Autisme dapat dialami oleh siapa saja terlepas dari etnis, ras, atau latar belakang sosial.

Namun, ada beberapa faktor risiko mengalami autisme.

  • Autisme dapat diturunkan, sehingga kombinasi gen tertentu dapat meningkatkan risiko anak mengalami autisme.
  • Anak yang lahir dari orang tua yang usianya sudah tua memiliki risiko autisme yang lebih tinggi dibandingkan anak lain.
  • Ibu hamil yang terpapar obat atau bahan kimia tertentu, seperti alkohol dan obat-obatan tertentu lebih cenderung memiliki anak yang mengalami autisme.
  • Kondisi metabolisme ibu saat hamil, seperti diabetes dan obesitas dapat meningkatkan risiko anak mengalami autisme

Penyebab Down Syndrome

Setiap orang tua mewariskan gen mereka kepada anak yang dilahirkan. Gen-gen ini dibawa oleh kromosom. Dalam perkembangan sel-sel janin, setiap sel seharusnya memiliki 23 pasang kromosom, dengan total 46 kromosom. Setengah kromosom berasal dari ibu, dan setengahnya lagi berasal dari ayah.

Down syndrome disebabkan oleh kelainan kromosom yaitu adanya kelebihan salinan genetik pada kromosom ke-21. Anak dengan down syndrome memiliki kondisi berupa salah satu kromosomnya tidak dapat terpisah dengan baik. Sehingga, kromosom ke-21 yang seharunya berjumlah dua, berakhir dengan berjumlah tiga.

Kelebihan kromosom ini menyebabkan munculnya gangguan pada otak. Selain itu, kelainan pada kromosom ini juga dapat menyebabkan kelainan pada perkembangan fisik, seperti ukuran kepala yang lebih kecil, leher yang lebih pendek, fitur wajah yang datar, dan lain-lain.

Down syndrome tidak terkait dengan faktor eksternal serta apa yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh orang tua.

3. Gejala atau Ciri-ciri

Gejala Autism Spectrum Disorder (ASD)

Gejala gangguan spektrum autisme sering terlihat saat anak menginjak usia 12 sampai 18 bulan, bahkan ada juga yang gejalanya sudah mulai muncul saat usia 6 bulan. 

Autisme memiliki gejala sebagai berikut.

  • Kurang kontak mata dengan orang lain.
  • Memiliki minat, aktivitas, dan perilaku yang terbatas atau memiliki minat dan rasa suka yang kuat hanya pada topik tertentu.
  • Kerap melakukan sesuatu secara berulang-ulang, seperti mengulang kata atau frasa, bergoyang-goyang, dan lain-lain.
  • Sangat sensitif terhadap suara, sentuhan, cahaya, bau, atau hal-hal lain yang tampak biasa bagi orang lain.
  • Tidak melihat sesuatu yang ditunjuk oleh orang lain.
  • Sangat sensitif terhadap sentuhan dan pelukan.
  • Kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal dan non-verbal.
  • Mengalami gangguan dalam interaksi timbal balik.
  • Mengalami gangguan dalam memahami, menggerakkan tubuh, bereskpresi, dan memahami atau menggunakan nada suara.
  • Mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan rutinitas.
  • Memiliki kelainan makan dan tidur.

Gejala Down Syndrome

Down syndrome sudah dapat diketahui selama masa kehamilan dengan melakukan sreening test (berupa tes DNA bayi dari darah Ibu dan USG) dan diagnostic test (memeriksa sampel plasenta, cairan ketuban, atau darah tali pusat). Namun, ibu tidak akan mengalami gejala apapun ketika mereka mengandung janin yang mengalami down syndrome.

Berikut adalah karakteristik anak dengan down syndrome.

  • Memiliki tubuh yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
  • Memiliki wajah yang cenderung datar.
  • Memiliki kepala yang kecil dan leher yang pendek.
  • Memiliki telinga berukuran kecil dan posisinya lebih rendah.
  • Mata miring ke atas.
  • Lidah yang cenderung besar dan menjulur.
  • Memiliki otot dan sendi-sendi yang kurang kuat.
  • Memiliki lengan dan kaki yang pendek.

Bayi yang mengalami gangguan ini bisa saja lahir dengan ukuran rata-rata. Namun, ia akan berkembang lebih lambat dari anak lain. 

Anak dengan down syndrome juga memiliki beberapa gangguan dalam perkembangan pada tingkat ringan hingga sedang. Berikut adalah keterlambatan perkembangan mental dan sosial yang dialami oleh anak dengan gangguan ini.

  • Memiliki perilaku yang impulsif dan sulit berkonsentrasi.
  • Perkembangan bahasa, berjalan, dan bicara terlambat.
  • Memiliki kelainan pada memori jangka pendek dan jangka panjang.
  • Memiliki penilaian yang buruk.
  • Memiliki kemampuan belajar yang lebih lambat dari anak seusianya.


 

4. Intervesi

Intervensi untuk Autism Spectrum Disorder (ASD)

Belum ada intervensi yang dapat menyembuhkan autisme. Namun, kita dapat melakukan terapi untuk meningkatkan kemampuan dan perkembangan anak. 

Berikut adalah intervensi yang dapat diberikan kepada anak dengan autisme.

  • Applied Behavior Analysis (ABA) 

ABA merupakan treatment yang biasa digunakan di sekolah dan klinik untuk membantu anak mempelajari perilaku positif dan mengembangkan keahlian baru.

  • Occupational Therapy (Terapi Okupasi)

Terapi ini bertujuan untuk membantu anak keterampilan hidup. Anak akan dibantu agar mampu melakukan sendiri hal-hal di kehidupan sehari-hari, seperti  makan, mandi, dan berpakaian.

  • The Picture Exchange Communication System (PECS)

Terapi ini diberikan kepada anak autis yang memiliki kelebihan di bidang visual. Metode yang digunakan adalah berkomunikasi melalui gambar dan video.

  • Sensory Integration Therapy

Terapi ini digunakan untuk membantu anak autis yang sensitif terhadap cahaya, suara, ataupun sentuhan.

Intervensi untuk Down Syndrome

Sejauh ini, belum ditemukan terpai yang dapat menyembuhkan down syndrome. Terapi yang dilakukan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas hidup anak. 

Berikut adalah terapi yang dapat diberikan kepada anak dengan down syndrome.

  • Terapi Wicara
  • Terapi Okupasi
  • Terapi Fisik
  • Terapi Perilaku

Terapi-terapi di atas bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan anak dalam bergerak dan menjalankan kehidupannya sehari-hari. Selain itu, terapi juga berfungsi untuk meningkatkan kemandirian dan mengasah kemampuan intelektual anak.


 

5. Tabel Perbandingan

Indikator PerbandinganAutismDown Syndrome
Karakteristik FisikTidak memiliki karakteristik khususMemiliki karakteristik fisik khusus yang dapat diamati
Waktu DiagnosisDapat didiagnosis mulai usia 6 hingga 18 bulanDapat didiagnosis saat janin masih berada di dalam kandungan
Tipe KondisiMerupakan kondisi neurologisMerupakan kondisi genetik
PenyebabBelum diketahui penyebabnya. Namun, faktor keturunan dapat meningkatkan risiko anak mengalami autismeAdanya kelebihan salinan pada kromosom ke-21
Area GangguanMenyebabkan gangguan pada kemampuan sosial dan komunikasiMenyebabkan pertumbuhan yang terlambat, ketidakmampuan belajar, dan beberapa kelainan fisik.
Kondisi SpektrumAutisme merupakan gangguan spektrumDown syndrome bukanlah gangguan spektrum


 

Sejauh ini, belum ditemukan terpai yang dapat menyembuhkan down syndrome. Terapi yang dilakukan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas hidup anak. 

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa autisme dan down syndrome merupakan dua gangguan yang berbeda. Namun, terlepas dari perbedaan keduanya, anak dengan autis dan down syndrome memiliki kesamaan yakni tidak dapat pulih seutuhnya.

Maka, sangat penting untuk orang tua mendampingi dan memberikan perawatan yang terbaik untuk anak. Hal ini bertujuan agar anak dapat berkembang lebih baik dari sebelumnya dan dapat menjalani kehidupan sehari-hari secara lebih mandiri.


 

SUMBER :

http://www.differencebetween.net/science/health/difference-between-autism-and-down-syndrome/ 

https://askanydifference.com/difference-between-autism-and-down-syndrome/ 

https://www.healthline.com/health/down-syndrome 

https://www.webmd.com/brain/autism/understanding-autism-basics 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/down-syndrome/symptoms-causes/syc-20355977 

https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/downsyndrome.html 

https://www.nutriclub.co.id/article-bayi/kesehatan/penyakit/kenali-informasi-lengkap-seputar-down-syndrome-pada-si-kecil 

Bagikan artikel ini:

Facebook Facebook WhatsApp WhatsApp