Sukses Menjadi Podcaster! Begini Cara Yuyun Hairunisa dan Refly Harun Mengasuh Naufal Fikri
Naufal Fikri, pemecah rekor MURI sebagai Individu Berkebutuhan Khusus (IBK) pertama yang berhasil membuat konten podcast. Meskipun menyandang Autism Spectrum Disorder (ASD), Naufal mampu melampaui keterbatasannya dan mengembangkan bakat dan minat yang ia miliki. Kesuksesan Naufal tentu merupakan buah dari perjuangan ayah dan ibunya, yaitu Refly Harun dan Yuyun Hairunisa. Mereka berjuang merawat dan mendidik Naufal sejak kecil hingga kini berusia 22 tahun.
Sebagaimana yang kita ketahui, merawat dan membesarkan anak berkebutuhan khusus bukanlah suatu hal yang mudah. Ini adalah proses yang panjang dan sangat melelahkan. Ini juga yang dialami oleh Refly dan Yuyun dalam mengasuh buah hatinya, Naufal.
Namun, mereka tidak putus asa dan terus mengusahakan yang terbaik untuk Naufal. Usaha mereka pun mulai membuahkan hasil. Naufal kini berhasil menjadi lebih mandiri, mampu berkuliah di salah satu universitas di jakarta, dan mampu membuat konten podcast di kanal Youtube yang ia miliki bernama Aku Naufal.
Di dalam artikel ini kita akan sama-sama belajar mengenai cara Yuyun Hairunisa dan Refly Harun dalam merawat dan membesarkan Naufal Fikri berdasarkan Q&A Yuyun di kanal Youtube Naufal. Diharapkan ini dapat menjadi pandangan baru bagi para orang tua yang juga memiliki anak berkebutuhan khusus. Selain itu, artikel ini bertujuan sebagai wadah orang tua untuk saling menguatkan dan berbagi cerita.
Berikut adalah cara Yuyun Hairunisa dan Refly Harun mengasuh Naufal Fikri.
Memperhatikan Perkembangan Naufal
Yuyun menyatakan bahwa ia sudah merasakan adanya kelainan pada perkembangan Naufal saat ia berusia 15 bulan. Saat itu Naufal menunjukkan gejala tidak merespons jika namanya dipanggil. Yuyun memperhatikan hal ini dan menyadari bahwa Naufal mengalami hambatan dalam perkembangannya. Hingga berusia 3 tahun pun Naufal belum bisa berbicara.
Berkonsultasi dengan Tenaga Profesional
Setelah menyadari hambatan perkembangan yang dialami oleh Naufal, Yuyun memeriksakan anaknya ke dokter. Beberapa kali diperiksa, dokter menyatakan bahwa Naufal baik-baik saja. Namun, Yuyun merasa bahwa ia harus terus memeriksakan Naufal, mengingat hingga usia 3 tahun ia masih belum bisa berbicara dan tidak merespons saat dipanggil. Setelah beberapa kali memeriksakan Naufal ke dokter, ia akhirnya didiagnosis Autism Spectrum Disorder (ASD) pada usia 3 tahun.
Setelah mendapat diagnosis, orang tua mengikuti arahan dari tim dokter untuk memberikan terapi wicara dan edukasi. Usaha ini pun membuahkan hasil. Naufal mampu berhitung dan membaca pada usia 4 tahun.
Berdamai dengan Kondisi Anak
Berdamai dengan keadaan merupakan hal yang sangat sulit. Namun, ini adalah hal dasar yang perlu dilakukan oleh orang tua agar dapat memberikan pengasuhan yang baik.
Saat mengetahui bahwa Naufal didiagnosis ASD, Yuyun merasa terpukul. Ia pun mencari hal yang dapat membuat ia bangkit. Yuyun memiliki bayangan akan mendapat keajaiban, bahwa suatu hari Naufal akan menjadi individu yang normal. Ini yang membuat Yuyun termotivasi untuk terus berusaha mendukung Naufal.
Namun, seiring berjalannya waktu, Yuyun melihat perkembangan Naufal, ia menyadari bahwa inilah Naufal, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Orang tua tidak seharusnya mengharapkan keajaiban versinya, tetapi melihat realitas dari anak. Ketika Yuyun telah menerima Naufal apa adanya, ia tidak lagi memikirkan tentang keajaiban versinya.
Kini Yuyun, Refly, dan sang kakak terus berusaha mendukung Naufal untuk memaksimalkan potensi dirinya.
“Yang saya, suami, dan Amel (Kakak Naufal), adalah memaksimalkan apa yang ada pada Naufal saat ini.” — Yuyun Hairunisa
Memilih Sekolah untuk Naufal
Memilih sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tidaklah mudah. Perlu adanya observasi dan analisis terlebih dahulu. Berdasarkan observasi, Yuyun melihat bahwa Naufal merupakan anak yang cerdas. Yuyun dan Refly lalu memutuskan untuk menyekolahkan Naufal di sekolah umum dari TK hingga SMA.
Yuyun menyatakan bahwa ia sangat kesulitan mencari sekolah untuk anaknya. Yuyun dan Refly mempertimbangkan beberapa hal untuk menentukan sekolah yang tepat sesuai kebutuhan Naufal, yaitu sebagai berikut.
- Menentukan tujuan menyekolahkan anak, yakni wadah untuk anak berkembang, dimana sekolah menjadi tempat ia belajar bersosialisasi, berteman, dan bekerja sama.
- Meninjau kondisi sekolah, guru, dan fasilitas yang tersedia, apakah memungkinkan untuk mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus.
- Mempertimbangkan siswa dan tingkat persaingan di sekolah. Anak berkebutuhan khusus tidak membutuhkan sekolah dengan tingkat persaingan yang tinggi. Sehingga, Yuyun lebih memilih sekolah-sekolah yang memiliki jumlah murid sedikit agar Naufal dapat lebih fokus dalam belajar.
- Tidak lepas tangan, dimana orang tua juga perlu memberikan fasilitas belajar kepada anak di rumah. Ini akan memaksimalkan pembelajaran yang telah didapat di sekolah. Sehingga, orang tua perlu mempelajari metode yang dapat dilakukan untuk mendukung proses belajar anak.
- Menggunakan shadow teacher untuk mendampingi anak saat belajar di kelas untuk membantu proses belajar.
Selain hal-hal di atas, Yuyun juga menjalin komunikasi dengan pihak sekolah dan para wali murid untuk menjelaskan kondisi Naufal. Ini dilakukan dengan harapan mereka bisa memahami dan memaklumi kondisi anaknya.
Fokus pada Kelebihan Naufal
Melihat dan mendukung kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus merupakan hal yang sangat penting untuk menyukseskan pengasuhan. Yuyun mengobservasi dan memperhatikan hal-hal yang merupakan kelebihan Naufal. Ia menyadari bahwa Naufal tidak terlalu hiperaktif, memiliki ingatan yang kuat, dan cerdas. Selain kelebihan, Yuyun juga mengidentifikasi kelemahan Naufal, dimana ia kesulitan mengungkapkan keinginannya melalui kata-kata. Berdasarkan pengamatan ini, Yuyun akhirnya menyekolahkan Naufal di sekolah umum.
Yuyun juga mendapati bahwa Naufal senang mencari tahu makna diksi atau kata yang asing baginya. Yuyun dan Refly lalu mendukungnya dengan memberikan fasilitas berupa komputer agar mempermudah Naufal dalam menggali informasi dan memperbanyak perbendaharaan kata yang ia miliki.
Naufal yang senang dengan teknologi dan interaksi dengan orang lain juga didukung dan diberikan fasilitas untuk mengembangkan kanal Youtube dengan konten podcast.
Intinya adalah melihat anak apa adanya, dengan kelebihan dan kekurangannya. Orang tua lalu perlu mendukung apa yang menjadi kelebihannya dan mengusahakan yang terbaik untuk mengatasi kekurangannya. Yuyun menyatakan bahwa orang tua perlu mensyukuri keberadaan anak, karena itu artinya kita dipercaya oleh Tuhan untuk merawat mereka.
Mempersiapkan Naufal untuk Menghadapi Masa Depan
Sebagai orang tua, Yuyun dan Refly juga memikirkan bagaimana masa depan anak. Mereka juga berpikir bahwa Naufal akan berumah tangga. Sehingga, mereka dengan sekuat tenaga mempersiapkan dan mendukung Naufal untuk melewati setiap fase kehidupan agar ia dapat hidup secara mandiri. Ini akan terus berlangsung hingga akhir hayat mereka.
Penutup
Setiap orang tua memiliki cara sendiri untuk mengasuh anaknya. Intinya adalah tidak memaksakan anak menjadi apa yang orang tua harapkan, tetapi memaksimalkan apa yang ada pada diri anak.
Referensi
Dunia Autisme (World of Autism): Perjuangan Mama Untukku dari kanal Youtube Aku Naufal https://youtu.be/u34g7tqZ4hE